Juli 28, 2009

AAC

Juli 23, 2009

Resensator :


Sebuah karya sastra apik yang telah digarap dengan baik oleh seorang sastrawan Indonesia, kembali menggemparkan dunia sastra Indonesia. Karya sastra yang menjadi best seller itu berjudul “Ayat – Ayat Cinta”. Novel ini dapat membuat setiap orang yang membacanya tersayat – sayat hatinya. Novel yang syarat akan hikmah ini, mampu membawa kita untuk larut dalam kisah cinta seorang laki – laki bernama Fahri yang mencintai seorang perempuan bernama Aisha, tapi di sisi lain dia juga dicintai oleh tiga orang teman wanitanya

Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir. Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem).

Ceritanya berawal ketika Fahri bertemu dengan Maria, seorang gadis Katholik Koptik, yang sangat simpatik padanya. Kemudian hingga suatu malam, Fahri melihat seorang gadis Mesir, yang bernama Noura, yang disiksa dan diusir ke jalan oleh ayah tirinya. Tapi, ia tidak mungkin menolongnya, kemudian ia pun menyuruh Maria untuk menolong gadis itu dan membawa gadis itu ke rumah Maria. Keesokan harinya, Fahri berkunjung ke rumah Maria dan menyuruh Noura untuk tinggal di rumah temannya yang bernama Nurul, seorang mahasiswi Indonesia. Lalu Noura pun tinggal di rumah Nurul selama beberapa hari, hingga orang tua kandungnya menjemputnya

Suatu hari ketika Fahri hendak pergi ke suatu tempat dengan menaiki metro, terjadilah sebuah konflik kecil di dalam metro. Tapi karena konflik itulah, ia dapat berkenalan dengan seorang gadis bercadar yang bernama Aisha. Mereka pun saling bertukar nomor telepon. Sampai suatu hari, ada seorang ustadz yang menawari Fahri untuk menikah, Fahri pun menyetujuinya. Tapi Fahri tidak pernah tahu siapakah gadis yang akan dijodohkan dengannya. Hingga tibalah hari pertemuan dengan gadis yang dijodohkan dengannya, dan ternyata gadis itu adalah Aisha. Tapi beberapa jam sebelum acara pernikahan dimulai, Fahri mendapatkan sepucuk surat dari Nurul yang berisi tentang perasaan cintanya terhadap Fahri. Fahri pun merasa sedih, tapi meskipun begitu Fahri dan Aisha tetap dapat melangsungkan pernikahan dengan bahagia.

Mereka pun dapat mengarungi hidup rumah tangga mereka dengan bahagia. Hingga suatu hari, ada kejadian yang merusak kebahagiaan itu. Fahri ditangkap polisi dengan tuduhan telah menghamili Noura, padahal Fahri sama sekali tidak pernah melakukan hal itu. Fahri pun dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah. Pada saat persidangan, Noura memberikan kesaksian palsu. Hingga saatnya persidangan terakhir yang mendatangkan Maria sebagai saksi kunci, lalu Maria pun memberikan kesaksian yang sebenarnya hingga ia pingsan dan dibawa kembali ke rumah sakit dan Fahri pun divonis bebas. Ternyata Noura melakukan itu semua karena dia sangat mencintai Fahri.

Setelah divonis bebas, Fahri pun dirawat di rumah sakit, tempat dimana Maria juga dirawat. Hingga suatu malam yang dingin, Fahri dan Aisha terbangun dari tidurnya, lalu mereka berdua pergi ke kamar Maria untuk melihat keadaannya. Ternyata, mata Maria terus melelehkan air mata sambil lirih terdengar dari bibir Maria lantunan ayat – ayat Allah. Sampai akhirnya ia terbangun dan menangis. Ia bercerita bahwa ia tidak boleh masuk surga. Ia bertemu dengan Siti Maryam yang memerintahkannya untuk berwudhu dan mengucapkan dua kalimat syahadat untuk dapat masuk ke surga. Lalu Fahri dan Aisha pun mengantarkan Maria ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelah berwudhu Maria kembali dibaringkan di atas tempat tidur. Kemudian Maria dituntun untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Tidak lama kemudian mata Maria semakin meredup dan akhirnya tertutup rapat. Ternyata Maria telah meninggal.

Adegan meninggalnya Maria dengan mengucapkan dua kalimat syahadat itu adalah dambaan semua ummat Islam, meninggal dengan cara terbaik (khusnul khotimah) dan adanya hidayah Hak Allohlah yang menyebabkan kejadian tersebut bisa menimpa kita. Kita dan semua orang tidak dapat mengetahui kapan dan dengan cara yang bagaimana Alloh memanggil kita kelak. Karenanya kita berupaya terus berdo’a dan mempersiapkan diri kita sebaik baiknya supaya bisa meninggal dengan cara Khusnul Khotimah.

Dari penggalan isi novel di atas, menunjukkan bahwa tema dalam novel ini mengisyaratkan banyak pesan atau amanat yang dapat dipetik oleh pembaca. Selain itu, penulis ingin memberikan inspirasi bagi pembacanya dalam mencari pasangan hidup, serta penulis juga ingin menunjukkan bahwa untuk mendapatkan cinta seseorang haruslah dengan cara yang benar.

Penulisan novel ini penulis menggunakan ragam bahasa resmi dan ragam bahasa lisan yang mudah dipahami. Penulis juga banyak menggunakan bahasa puisi. Selain itu, penulis juga menggunakan foot note sebagai keterangan untuk kata – kata yang diambil dari bahasa asing. Novel ini juga memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah alur ceritanya yang sederhana, isinya yang menarik, penuh makna dan syarat akan hikmah, bahkan isinya dapat membuat kita berandai – andai, “Seandainya ada orang seperti dalam novel itu di dunia ini!”. Selain itu, juga didukung dengan perwatakan para tokohnya yang begitu sangat nyata, sehingga mampu membawa kita untuk larut dalam kisah cinta dalam novel ini yang begitu sangat luar biasa. Selain cerita yang menarik, novel ini juga didukung dengan ilustrasi cover yang cukup menarik setiap orang untuk membacanya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel “Ayat – Ayat Cinta” ini merupakan novel dengan kategori sangat baik. Novel ini sangat cocok dibaca dan memotivasi para remaja muslim dan muslimah yang sedang mencari pasangan hidupnya dengan cara yang benar. Selain itu, novel ini juga cocok dibaca oleh para bapak dan ibu yang sudah berumah tangga untuk diambil sisi positifnya.

Semoga resensi yang sederhana ini ada manfaatnya terutama bagi penulis resensi ini, kritik dan saran kami terima dengan tangan terbuka...Wassalam